Sunday, February 22, 2009

Perjalanan Cahaya Muhammad SAW

Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan para rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, kelak Allah SWT akan memberikan kepada mereka pahalanya. [4:152]

Sebelum Allah SWT menciptakan segala sesuatu, Dia menciptakan cahaya Muhammad SAW dari Cahaya-Nya. Pada saat itu tak ada satu pun yang ada, surga tidak ada, begitu pula dengan neraka, bintang-gemintang, bumi, matahari, bulan, malaikat dan manusia pun belum ada. Hanya cahaya ini yang ada.

Kemudian Allah SWT menghendaki agar seluruh makhluk tercipta, dan dalam waktu enam hari, Dia menciptakan seluruh dunia yang kita kenal dan juga makhluk-makhluk lain yang tidak kita ketahui. Allah SWT meletakkan sebagian dari cahaya Muhammad SAW ini kepada setiap makhluk. Langit mendapat bagiannya. Malaikat mendapat bagian. Tanah, pohon, binatang, tumbuh-tumbunan, bebatuan, semuanya mendapat bagian dari cahaya itu.

Cahaya yang tersisa ditempatkan di dalam sebuah lampu jamrud hijau yang Dia gantungkan pada pohon yang disebut “Kepastian” di dalam taman surga.

Kemudian Dia berhenti untuk mendengarkan. Ternyata seluruh dunia bergetar dengan kecintaan terhadap Tuhan yang menciptakan mereka. Dan Allah SWT Mahatahu bahwa Dia memerlukan penjaga untuk mengawasi dunia yang berharga itu dan makhluk yang beragam di sana.

Lalu Allah SWT memerintahkan Malaikat Izrail AS untuk membawakan tanah dari permukaan bumi. Malaikat itu mematuhi-Nya dan mengumpulkan sejumlah tanah dari segala penjuru bumi. Izrail AS membawa tanah berwarna merah, coklat, hitam, putih, kuning dan oranye, dan meletakkan semuanya di hadapan Sang Pencipta, Allah SWT. Allah SWT menambahkannya dengan sedikit air dari mata air surga sehingga tanah itu menjadi tanah liat. Dari tanah liat ini, Dia menjadikan bentuk yang indah dari Nabi Adam AS.

Allah SWT meniupkan napas ke dalam bentuk yang belum bernyawa ini sehingga ia menjadi lunak dan hidup. Kemudian Dia meletakkan sebagian dari cahaya Muhammad SAW pada dahi Adam AS, dan memberinya pengetahuan tentang nama-nama seluruh makhluk.

Adam AS melihat dan memperhatikan cahaya yang memancar di depannya seperti lampu sorot dan ia menanyakan hal itu kepada Sang Penciptanya. Allah SWT mengatakan kepadanya bahwa cahaya itu diberikan kepadanya sebagai amanat. Adam AS harus menjaganya dan menghormatinya. Cahaya ini akan diteruskan dari dirinya kepada anak-anaknya dan dari mereka kepada anak-anak mereka dan seterusnya. Tetapi masing-masing harus menjaga cahaya yang sangat berharga ini, menjaganya agar tetap murni dan tetap cemerlang dengan jalan menjaga kemurnian dan kecemerlangan mereka selaras dengan Kehendak Allah SWT. Dari orang tua yang suci kepada anak yang suci, cahaya itu akan berpindah, dari generasi yang satu ke generasi berikutnya hingga akhirnya mencapai tujuannya, yaitu dahi dari jiwa yang suci, Nabi Muhammad SAW.

Kita semua mengemban sebagian dari cahaya ini, diwariskan dari kakek kita, Adam AS jauh di dalam diri kita. Tetapi hanya melalui para nabi dan para sahabatnya, para wali, cahaya itu bersinar di dahi seperti lampu suar dan menerangi semua kegelapan di sekeliling mereka.

Dan karena tanpa cahaya, hanya akan ada kegelapan yang pekat, kita harus selalu mencari cahaya ini di depan dan di belakang kita, di dalam dan di luar kita; menjaganya dan menghormatinya sampai hari kiamat.



Artikel Aslinya

1 comment:

  1. Anonymous12:03 AM

    http://www.almanhaj.or.id
    penjelasan tentang keyakian Nur Muhammad, semoga bermanfaat


    BOROK-BOROK SUFI

    Oleh
    Salim Al-Hilali dan Ziyad Ad-Dabij
    Bagian Terakhir dari Tiga Tulisan [3/3]

    ReplyDelete