Sapta Daya Membentuk Masyarakat
Sehat Jasmani dan Rohani
Sehat Jasmani dan Rohani
oleh
dr. Hananto Andriantoro, SpJP
Pengurus Pusat Sapta Daya
Banten
dr. Hananto Andriantoro, SpJP
Pengurus Pusat Sapta Daya
Banten
Perkembangan sejarah
• Pengetahuan Islamiah dari sejak awalnya tidak semata-mata membatasi diri pada lingkungan phisikal manusia saja, tetapi juga melakukan penetrasi analisis atas manusia sebagai sosok spiritual dan atas lingkungan masyarakat dimana mereka bermukim.
• Pengetahuan Islamiah dari sejak awalnya tidak semata-mata membatasi diri pada lingkungan phisikal manusia saja, tetapi juga melakukan penetrasi analisis atas manusia sebagai sosok spiritual dan atas lingkungan masyarakat dimana mereka bermukim.
Zaman Rasulullah s.a.w
• Ahli kedokteran Muslim yang pertama adalah salah seorang sahabat Rasulullah s.a.w. yaitu Harids ibn-Kaladah yang belajar ketabiban di Jundishapur (Tempat yang nantinya berkembang
menjadi sekolah kedokteran di Parsi).
• Ahli kedokteran Muslim yang pertama adalah salah seorang sahabat Rasulullah s.a.w. yaitu Harids ibn-Kaladah yang belajar ketabiban di Jundishapur (Tempat yang nantinya berkembang
menjadi sekolah kedokteran di Parsi).
• Ar Razi (865-925) dokter muslim yang pertama medeskripsi dengan jelas cacar dan campak serta menduga akan merangsang timbulnya kekebalan.
Cendekiawan Muslim di Abad Pertengahan Di antara abad ke 9 dan 14, para ilmuwan dari umat Muslim yang menguasai ilmu kimia, kedokteran, astronomi, matematika, ilmu bumi dan banyak lagi lainnya, tidak saja telah menghidupkan kembali disiplin ilmu bangsa Yunani, tetapi juga telah memperluas cakrawalanya dengan meletakkan dan memperkuat fondasi di atas mana pengetahuan modern bertumpu. (Stewart, 1967).
Abu Bakr Bin Zakariya Al-Rhazi 865-925
disejajarkan dengan Hipokrates dalam orisinalitas deskripsi suatu penyakit. Razi (dalam bahasa Latin -Rhazes) dikatakan telah menulis lebih dari dua ratus kitab dengan subyek menyangkut dari kedokteran sampai kimia, theologi dan astronomi.
Abu al-Qasim al-Zahrawi (Albucasis) 936-1013
• Sosok yang paling mencolok dan merupakan dokter Muslim yang paling terkenal adalah Abu Ali ibn Sina, ‘pangeran kedokteran’ dan di kalangan cendekiawan serta dokter dokter di Barat dikenal sebagai Avicenna, sebagaimana juga banyak orang di Timur menyebut dunia medikal Islam sampai dengan hari ini . Ia hidup dari tahun 980 - 1037 M. Hasil karyanya mencakup 170 buku mengenai filsafat, medikal, matematika, anatomi disamping juga puisi dan karya keagamaan.
• Salah satu karya yang paling terkenal adalah Al- Qanun fil-tibb (Canon of Medicine) yang merupakan ensiklopedia tentang segala phasa dari penanganan penyakit.
Al- Qanun fil-tibb (Kanun Ketabiban)
• Terdiri 5 serial buku yang berisi:
– Prinsip-prinsip dasar pengobatan.
– Obat-obat sederhana.
– Kekacauan organ internal dan eksternal tubuh.
– Penyakit yang mempengaruhi tubuh secara umum.
– Komposisi obat-obatan
• Terdiri 5 serial buku yang berisi:
– Prinsip-prinsip dasar pengobatan.
– Obat-obat sederhana.
– Kekacauan organ internal dan eksternal tubuh.
– Penyakit yang mempengaruhi tubuh secara umum.
– Komposisi obat-obatan
Ibnu Sina diakui sebagai yang pertama mengenali sifat menular dari penyakit paru-paru tuberkulosa) serta mendeskripsikan beberapa penyakit kulit dan gangguan kejiwaan.
Maimonides 1135-1204
• Maimonides atau Musa Ibn Maimun (1135- 1204) salah satu dokter yahudi yang membawa
terjemahan Al Qanun dalam bahasa latin ke Eropa untuk dokter dokter Nasrani.
terjemahan Al Qanun dalam bahasa latin ke Eropa untuk dokter dokter Nasrani.
Ibn Al-Nafis
• Tahun1213, Ala'al-Din Ibn al-Nafis Lahir disebuah kota kecil dekat Damaskus bernama Kersh. Dia belajar ilmu kedokteran dan filosofi di Damaskus dan menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya di Cairo. Dia adalah seorang dokter dan juga seorang filsuf, ahli bahasa dan sejarah. Al Nafis adalah direktur pertama dari Rumah sakit Al-Mansuri di Cairo dan sekaligus menjabat Dekan sekolah kedokteran pada 1284.
He worked out the correct anatomy of the heart and the way the blood flowed through it. In his writing he stated clearly :
• ... the blood from the right chamber of the heart must arrive at the left chamber, but there is no direct pathway between them. The thick septum of the heart is not perforated and does not have visible pores. The blood from the right chamber must flow through the vena arteriosa (pulmonary artery) to the lungs, spread through its substance, be mingled with air, pass through the arteria venosa (Pulmonary vein) to reach the left chamber of the heart ...
Ibn al-Nafis also worked out the correct anatomy of the lungs and was the first person known to record the coronary circulation - the vessels supplying blood to the heart itself : ... the nourishment of the heart is from the blood that goes through the vessels that permeate the body of the heart ...
Era awal dari kedokteran islam dan pendidikan Kedokteran : Jundishapur
• Pada saat kalifah Abu Musa Al-Ashari tahun 738 pada saat itu telah dibangun rumah sakit dan sekolah kedokteran
• Sekolah kedokteran di Jundishapur mengalami pasang surut dalam mengembangkan pendidikan kedokteran hingga saat ini menjadi Jundishapur Medical School.
Islam dan Kedokteran Islamiah
• Prinsip dari kedokteran Islamiah berakar dalam pada tradisi agama Islam meski pun ilmu ini merupakan hasil integrasi oleh cendekiawan Muslim atas tradisi kedokteran sebelumnya.
• Dengan demikian maka keseluruhan kedokteran Islamiah juga terkait dengan agama Islam melalui pedoman yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadith.
Teori Pengobatan Islamiah
• Teori pengobatan Islamiah terkait dengan keseluruhan metafisika, kosmologi dan filosofi Islamiah.
• Teori pengobatan Islamiah terkait dengan keseluruhan metafisika, kosmologi dan filosofi Islamiah.
• Para “dokter Islamiah” memandang tubuh manusia sebagai ekstensi dari jiwanya dan erat
berkaitan dengan ruhnya.
• Para dokter Muslim juga menyadari adanya simpati di antara semua tatanan eksistensi, serta aksi dan reaksi mutual antara satu dengan lainnya.
Pengobatan Islamiah Kini
• Pengobatan Islamiah sepenuhnya masih hidup di Pakistan dan Bangladesh serta pada umat Muslim yang berada di India, sedangkan di bagian dunia Islam lainnya terkesan sekarat.
berkaitan dengan ruhnya.
• Para dokter Muslim juga menyadari adanya simpati di antara semua tatanan eksistensi, serta aksi dan reaksi mutual antara satu dengan lainnya.
Pengobatan Islamiah Kini
• Pengobatan Islamiah sepenuhnya masih hidup di Pakistan dan Bangladesh serta pada umat Muslim yang berada di India, sedangkan di bagian dunia Islam lainnya terkesan sekarat.
• Sistem pengobatan Islamiah masih tetap mampu menyumbang banyak sekali di bidang kedokteran dan semakin terdesak oleh pengembangan ilmu kedokteran barat (sekuler) pada bidang kedokteran, Farmakologi dan pengobatan Psikosomatik bagi kemanusiaan yang telah memisahkan ruh dari tubuhnya.
• …as pharmacology and psychosomatic medicine to a humanity that divorced the soul from the body.
• …as pharmacology and psychosomatic medicine to a humanity that divorced the soul from the body.
JIWA (An Nafs)
An-Nafs ini menunjuk kepada dua maksud, yaitu : hawa nafsu dan hakikat dari manusia itu sendiri (diri manusia).
–1. Hawa Nafsu
• Nafsu yang mengarah kepada sifat-sifat tercela pada manusia. Yang akan menyesatkan dan menjauh dari Allah. Inilah yang oleh Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Al Baihaqi dari Ibnu Abbas :
– “Musuhmu yang terbesar adalah nafsumu yang berada diantara kedua lambungmu”.
– “Dan aku tidaklah membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu suka
menyuruh kepada yang buruk”. (QS Yusuf : 53).
–2. Diri Manusia
• Diri manusia ini apabila tenang, jauh dari goncangan disebabkan pengaruh hawa nafsu dan
syahwat, dinamakan Nafsu Muthmainnah.
– “Hai jiwa yang tenang (nafsu muthmainnah), kembalilah kepada Tuhanmu, merasa senang (kepada Tuhan) dan (Tuhan) merasa senang kepadanya”. (QS Al Fajr : 27-28)
• Namun diri manusia yang tidak sempurna ketenangannya, yang mencela ketika teledor dari
menyembah Tuhan, disebut Nafsu Lawwamah.
– “Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat mencela kejahatan (Nafsu Lawwamah)”. (QS Al Qiyamah : 2)
An-Nafs ini menunjuk kepada dua maksud, yaitu : hawa nafsu dan hakikat dari manusia itu sendiri (diri manusia).
–1. Hawa Nafsu
• Nafsu yang mengarah kepada sifat-sifat tercela pada manusia. Yang akan menyesatkan dan menjauh dari Allah. Inilah yang oleh Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Al Baihaqi dari Ibnu Abbas :
– “Musuhmu yang terbesar adalah nafsumu yang berada diantara kedua lambungmu”.
– “Dan aku tidaklah membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu suka
menyuruh kepada yang buruk”. (QS Yusuf : 53).
–2. Diri Manusia
• Diri manusia ini apabila tenang, jauh dari goncangan disebabkan pengaruh hawa nafsu dan
syahwat, dinamakan Nafsu Muthmainnah.
– “Hai jiwa yang tenang (nafsu muthmainnah), kembalilah kepada Tuhanmu, merasa senang (kepada Tuhan) dan (Tuhan) merasa senang kepadanya”. (QS Al Fajr : 27-28)
• Namun diri manusia yang tidak sempurna ketenangannya, yang mencela ketika teledor dari
menyembah Tuhan, disebut Nafsu Lawwamah.
– “Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat mencela kejahatan (Nafsu Lawwamah)”. (QS Al Qiyamah : 2)
RUH (Ar Ruh)
Perkataan Ruh, mempunyai dua arah. Sebagai nyawa dan sebagai suatu yang halus dari manusia.
– 1. Nyawa
• Pemberi nyawa bagi tubuh. Ibarat sebuah lampu yang menerangi ruangan. Ruh adalah lampu, ruangan adalah tubuh. Mana yang terkena cahaya lampu akan terlihat. Mana yang terkena ruh akan hidup.
– 2. Yang Halus dari Manusia
• Sesuatu yang merasa, mengerti dan mengetahui. Hal ini yang berhubungan dengan hati yang halus atau hati ruhaniyah.
• Dalam Al Qur’an, Allah SWT menggunakan kata Ruh dengan kata Ruhul Amin, Ruhul Awwal, dan Ruhul Qudus.
Perkataan Ruh, mempunyai dua arah. Sebagai nyawa dan sebagai suatu yang halus dari manusia.
– 1. Nyawa
• Pemberi nyawa bagi tubuh. Ibarat sebuah lampu yang menerangi ruangan. Ruh adalah lampu, ruangan adalah tubuh. Mana yang terkena cahaya lampu akan terlihat. Mana yang terkena ruh akan hidup.
– 2. Yang Halus dari Manusia
• Sesuatu yang merasa, mengerti dan mengetahui. Hal ini yang berhubungan dengan hati yang halus atau hati ruhaniyah.
• Dalam Al Qur’an, Allah SWT menggunakan kata Ruh dengan kata Ruhul Amin, Ruhul Awwal, dan Ruhul Qudus.
Yang Halus dari Manusia
• 1. Ruhul Amin
– Yang dimaksud dengan ini adalah malaikat Jibril.
– “Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawaturun oleh Ar-Ruhul Amin”. (QS Asy-Syu’araa’ : 192-193)
• 2. Ruhul Awwal
– Yang dimaksud dengan ini adalah nyawa atau sukma manusia.
• 3. Ruhul Qudus
– Yang dimaksudkan dengan ini bukanlah malaikat Jibril, tetapi ruh yang datang dari Allah, yang menguatkan, menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.
– Katakanlah : “Ruhul Qudus menurunkan Al Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk
meneguhkan hati orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta khabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS An Nahl : 102).
• 1. Ruhul Amin
– Yang dimaksud dengan ini adalah malaikat Jibril.
– “Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawaturun oleh Ar-Ruhul Amin”. (QS Asy-Syu’araa’ : 192-193)
• 2. Ruhul Awwal
– Yang dimaksud dengan ini adalah nyawa atau sukma manusia.
• 3. Ruhul Qudus
– Yang dimaksudkan dengan ini bukanlah malaikat Jibril, tetapi ruh yang datang dari Allah, yang menguatkan, menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.
– Katakanlah : “Ruhul Qudus menurunkan Al Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk
meneguhkan hati orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta khabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS An Nahl : 102).
Ruhul Qudus,….
– “… dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran kepada Isa putra Maryam dan Kami
memperkuatnya dengan Ruhul Qudus…“. (QS Al Baqarah :87)
– “…Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan ruh yang datang dari
pada-Nya…”. (QS Al Mujadillah : 22)
Ghazaly
• Imam Al Ghazaly dalam bukunya yang berjudul Minhajul Abidin, mengatakan, bahwa Ilmu yang fardlu ain dituntut oleh seorang muslim adalah mencakup 3 hal, yaitu :
– Ilmu Tauhid
– Ilmu Syariat
– Ilmu Sir ( Ilmu tentang hati )
– “… dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran kepada Isa putra Maryam dan Kami
memperkuatnya dengan Ruhul Qudus…“. (QS Al Baqarah :87)
– “…Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan ruh yang datang dari
pada-Nya…”. (QS Al Mujadillah : 22)
Ghazaly
• Imam Al Ghazaly dalam bukunya yang berjudul Minhajul Abidin, mengatakan, bahwa Ilmu yang fardlu ain dituntut oleh seorang muslim adalah mencakup 3 hal, yaitu :
– Ilmu Tauhid
– Ilmu Syariat
– Ilmu Sir ( Ilmu tentang hati )
Rasulullah SAW pernah bersabda :
– “Dalam diri manusia ada segumpal darah. Yang apabila shalih (tidak rusak), maka akan shalih seluruhnya, tetapi apabila buruk maka akan buruk pula seluruhnya, itulah hati”.
• Bahkan di hadits lain, Rasulullah SAW mengatakan :
” Sesungguhnya sebuah amal itu bergantung dari niatnya“.
• Sungguh, hal-hal ibadah syariat yang kita laksanakan sepanjang hari akan tidak mempunyai nilai, bila tidak disertai niat yang shalih…
• Dan letak niat itu adalah di HATI.( Imam Al Ghazaly ).
– “Dalam diri manusia ada segumpal darah. Yang apabila shalih (tidak rusak), maka akan shalih seluruhnya, tetapi apabila buruk maka akan buruk pula seluruhnya, itulah hati”.
• Bahkan di hadits lain, Rasulullah SAW mengatakan :
” Sesungguhnya sebuah amal itu bergantung dari niatnya“.
• Sungguh, hal-hal ibadah syariat yang kita laksanakan sepanjang hari akan tidak mempunyai nilai, bila tidak disertai niat yang shalih…
• Dan letak niat itu adalah di HATI.( Imam Al Ghazaly ).
Hati/Qalb (heart)
• Untuk mengenal diri kita, kita harus memulainya dengan mengenal Hati kita sendiri.
• Hati itu terdapat 2 jenis :
1. Hati Jasmaniyah
• Hati jenis ini bentuknya seperti buah “shaunaubar”. Hewan memilikinya, bahkan orang yang telah matipun memilikinya.
2. Hati Ruhaniyyah
• Hati jenis inilah yang merasa, mengerti, dan mengetahui. Disebut pula hati latifah (yang halus) atau hati robbaniyyah.
• Untuk mengenal diri kita, kita harus memulainya dengan mengenal Hati kita sendiri.
• Hati itu terdapat 2 jenis :
1. Hati Jasmaniyah
• Hati jenis ini bentuknya seperti buah “shaunaubar”. Hewan memilikinya, bahkan orang yang telah matipun memilikinya.
2. Hati Ruhaniyyah
• Hati jenis inilah yang merasa, mengerti, dan mengetahui. Disebut pula hati latifah (yang halus) atau hati robbaniyyah.
Hati merupakan tempatnya Iman
• Al Quran
– “… Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu …” (QS. 49:7)
– “…karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, …”. (QS. 49:14)
– “…Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka …” (QS. 58:22)
• Hadits Qudsi dikatakan :
– “…Tidak akan cukup untuk-Ku bumi dan langit-Ku tetapi yang cukup bagi-Ku hanyalah hati (qalb) hamba-Ku yang mukmin”.
• Al Quran
– “… Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu …” (QS. 49:7)
– “…karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, …”. (QS. 49:14)
– “…Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka …” (QS. 58:22)
• Hadits Qudsi dikatakan :
– “…Tidak akan cukup untuk-Ku bumi dan langit-Ku tetapi yang cukup bagi-Ku hanyalah hati (qalb) hamba-Ku yang mukmin”.
Olah Raga Pernafasan Sapta Daya Banten
• Pada prinsipnya gerak fisik dilakukan dalam kondisi minimal suplai oksigen (tahan nafas)
• Pada prinsipnya gerak fisik dilakukan dalam kondisi minimal suplai oksigen (tahan nafas)
• Bersamaan dengan gerakan fisik yang bersangkutan membaca doa dng mengagungkan asma Allah.
• Dengan mengagungkan asma Allah maka semua gerakan yang dilakukan akan selalu berada dalam ridho dan berkah Nya.
• Dengan mengagungkan asma Allah maka semua gerakan yang dilakukan akan selalu berada dalam ridho dan berkah Nya.
Olah Raga Pernafasan
• Pada prinsipnya gerak fisik dilakukan dalam kondisi minimal suplai oksigen (tahan nafas)
• Tujuannya adalah melatih tubuh dan organ organ tubuh dapat bekerja optimal dalam keadaan kurang oksigen (O2).
• Dalam keadaan kurang oksigen tersebut yang bersangkutan membaca doa yang ditujukan
kepada Allah SWT.
mohon maaf lahir batin
ReplyDeletepa aji hasnan cilegon
support atas tulisan pa dr. Hananto tentang Sapta Daya....saya baru ikut satu setengah bulan...semoga menjadi bermanfaat....salam dari Samsu Hilal dosen untirta
ReplyDelete